Saturday, April 18, 2015

Pengantaran Terakhir

Ya sih judulnya agak mirip judul sebuah lukisan karya Da Vinci. Terakhir ibu saya mengantar saya ke Juanda, sedianya saya akan terbang ke Manado. Tepat 40hari kemudian beliau wafat.
Konon, 40hari sebelum seseorang itu meninggal, selama itu dia akan selalu diikuti oleh malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Menurut agama Islam, pada H-40 meninggalnya seseorang, daun yang bertuliskan nama orang tersebut di lauhul mahfudz telah dijatuhkan yang pertanda ajal orang tersebut telah dekat.

Pada kisah meninggalnya Ibu saya, saya jadi percaya dengan cerita tersebut.
Pagi tanggal 11 september 2013, sedianya pukul 09.00 saya akan berangkat ke Manado. Seluruh keluarga akan mengantar ke Juanda, termasuk Ibu saya yang kala itu sedang sakit keras. Meski beberapa hari terakhir beliau hanya bisa berbaring karena sakitnya, pagi itu beliau ngotot minta turut serta mengantar. Setelah mandi pagi dan bersiap, Ibu memanggil saya, beliau minta bernyanyi dan direkam di hp saya, untuk obat rindu katanya. Sebetulnya beliau minta rekam video,tapi memori hp saya sedang penuh,jadi hanya bisa rekam suara.


Lirik lagu yang dinyanyikan lagu lama. Berikut:
Selamat anakku berpisah
Saatnya telah tiba
Mari kita mohon pada Tuhan Yang Maha Esa
Semoga dikuatkan iman dalam diri menderita
Hanya itu pesan Bunda untuk anakku sayang..

Saya tak merasakan firasat apapun kala itu, hanya lagu perpisahan biasa. Dan pagi itu saya hanya sibuk menyiapkan semua barang bawaan. Tidak sempat bermelow ria baik dengan Ibu maupun semua keluarga. Saya tegang kalau mau naik pesawat, resah kalau belum minum Antimo.
Sampailah di Juanda dan kami berfoto. Tibalah waktunya berangkat, saya pamit pada Ibu, Bapak, kakak, dan ponakan. Saya lihat Ibu sambil berjalan menjauh. Ibu telah mengantarkan saya menuju penghidupan saya sesungguhnya bersama keluarga kecil saya. Dengan pesan terakhir Kuatkan Iman.
Pada tanggal 20 Oktober Ibu saya meninggal, tepat 40 hari setelah mengantar saya ke Juanda bulan lalu.

Seolah telah lunas perjalanan hidup Ibu. Mendidik dan membesarkan keempat anaknya. Bagi saya si bungsu merasa sejak sakit keras di tahun 2011,tepatnya sehari setelah hari pernikahan saya. Seolah ibu meminta ‘injured time’ pada Tuhan untuk menemani saya mengawali mahligai rumah tangga. Menemani saya melewati masa hamil, melahirkan, dan merawat bayi saya hingga usianya 1 tahun lebih. Lalu ketika suami saya pindah dinas di Manado dan memboyong saya dan Hahan kecilku, maka tuntaslah ‘misi’ seorang Ibu sekaligus nenek.
Terima kasih Ya Allah untuk ‘Injured time’ yang sangat berharga ini. Tenanglah Ibu di sisiMU. Aamin.

No comments:

Post a Comment