Saturday, October 23, 2010

Ada Apa Dengan Film Indonesia?


Yang membuat saya paling geregetan adalah film horor Indonesia. Film ini nggak jelas juntrungannya. Selalu ada unsur seks di dalam film yang sama sekali nggak ‘scary’ ini. Apakah segitu rendahnya martabat selera perfilman kita? Sehingga kalau nggak ada unsur seksnya nggak menarik. Sebut saja beberapa film horor di antaranya Kain Kafan Perawan, Hantu Binal Jembatan Semanggi, Diperkosa Setan, Tetesan Darah Perawan, Suster Keramas, dan judul film horor lainnya. Dari judulnya saja bukan pilihan kata yang mengindikasikan horornya yang menarik, melainkan diksi berlabel seks yang justru menarik.
Membaca judulnya orang jadi berpikir, “wah gimana ya rasanya diperkosa setan?” atau “hantu kalo lagi keramas bugilnya gimana?”. Belum lagi kalau berpikir dan membayangkan “seperti apa sih tetesan darah perawan yang jadi hantu?” Penasaran, ditontolah film-film tersebut. Nah, ini film horor apa film stensilan cabul sih?

Saya pernah menonton film “Sarang Kuntilanak”, nggak penting siapa sutradara maupun produsernya, mungkin dia bokepmania. Ada adegan untuk mengusir hantu dari sebuah rumah dengan mengadakan ritual bercinta sang dukun dengan hantu pocong. Lengkap dengan adegan yang memperlihatkan paha hingga pangkalnya sampai celana dalam dukun perempuan itu. Dan saya masih ingat, sejak kecil film horor yang saya lihat memang selalu ada adegan pornonya. Seperti film Si Manis Jembatan Ancol, hantu cantik yang selalu mengenakan rok mini sependek di bawah pantat. Yang menarik dari Si Manis memanglah paras dan pahanya.
Setelah melihat film horor, mari tengok film komedi Indonesia. Film ini sedikit menyumbang kadar geregetan juga bagi saya karena filmnya tidak terlalu lucu. Bahkan tidak lucu untuk menyandang gelar film komedi. Lagi-lagi unsur stensilan yang jorok masuk di dalamnya. Dengan referensi film lawas yang diperankan grup lawak Warkop DKI, film komedi jaman sekarang pun tidak jauh-jauh dari film karya Almarhum Arizal tersebut. Kelucuan yang identik dengan beberapa adegan nyerempet alat kemaluan dan sekitarnya.

Mau dibawa ke mana selera film Indonesia? Film dengan karakter seperti di atas terbukti laris ditonton. Sedangkan film yang lebih bermutu karya anak negeri ternyata sepi penonton. Seperti film Identitas, Minggu Pagi di Victoria Park, Alangkah Lucunya Negeri Ini, Tanah Air Beta, 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta, dan Melodi. Beberapa judul film ini seharusnya marak ditonton, ada amanat moral yang disajikan sekaligus membuat kita lebih mengenal bangsa Indonesia. Dan yang tak kalah penting, marilah mulai memunculkan ide untuk membuat film dengan setting lokasi di luar Pulau Jawa. Karena Indonesia bukan hanya Jakarta, Jawa, dan Bali saja, melainkan masih banyak lokasi dengan budaya yang sangat layak difilmkan. Sedang film Anconda telah merambah hutan Kalimantan. Dan Julia Roberts telah menemukan cintanya di Ubud, Bali.

1 comment:

  1. Untung sekarang film indo udah berubah,, sekarang bahkan udah ada yg go internasional

    ReplyDelete