Tuesday, August 16, 2011

Elegi yang Dinanti

Tak ada kisah asmara yang dirangkai, semua hanya berawal dari kata "tunggulah aku". Dan cerita ini pun dimulai, mengalir dengan segala kepercayaan dan kepasrahan. Yang diinginkan tidaklah muluk-muluk, hanya harapan kesediaan meretas jalan bersama. Tidak banyak hal saling diketahui satu sama lain, satu hal yang mereka tahu bahwa bersama saling menemukan kenyamanan. Jangan tanya tentang cinta di antara mereka, biar itu mereka yang rasa. Karena sekelumit cerita di sini saja tidak cukup menggambarkan rasa indahnya.
Yang jelas mereka selalu saling tersenyum, meski sedang berbincang tentang kesedihan sekalipun.

Saat ini mereka tidak sedang berkasih mesra. tak sekalipun mereka pernah bercumbu rayu. Mereka hanya sedang merencanakan rangkaian cinta seperti yang diajarkan Tuhannya. Entah
karena jarak yang tidak memungkinkan, atau memang karena tidak diperlukan. Yang pasti, tanpa bermesraan seperti yang lainnya, mereka bisa saling menyakinkan. Bahwa mereka saling mencintai.

Di sudut ini aku melihat mereka, mengamati, dan merenungi. Benarlah apa yang diajarkan para orangtua, biar hati yang berbicara. Biar hati yang menuntun dua sejoli untuk saling meyakini. Esok di sore hari, sang perempuan akan menjemput lelakinya di sebuah bandar udara. Menagih janji.

No comments:

Post a Comment