Friday, May 6, 2016

Hindari Pelecehan Seksual, Berani Judes adalah Koentji

Tahun 2010 saya pernah bekerja sebagai pendamping wanita pekerja seks komersil di beberapa lokalisasi di Kabupaten Malang. Tugas saya gampang saja. Saya hanya datang menemui mbak-mbak, duduk di ruang tamu, ngobrol sambil makan gorengan dan kalau beruntung disuguhi kopi, kalau mau ya monggo ngebir. Ngobrolnya ringan saja, “laris a mbak? Rame a? Ora moleh a? anak sampean sehat a?” Logat Malang kalau bertanya diakhiri a dengan nada meliuk meninggi. Nada ini penting sebagai kunci kenyamanan ngobrol dengan mereka, sebagai simbol keakraban ala Arema/Aremanita.


Mbak-mbak yang saya dampingi bertarif murah saja, rata-rata 50.000 rupiah sekali crut. Tulis di kolom komentar bagi yang ingin tahu lokasinya.

Masih panas dan geram bukan kepalang atas kebiadaban 14 pemuda memerkosa dik YY. Bahkan menurut pengakuan polisi, 12 pemuda yang sudah tertangkap itu sama sekali tidak menunjukkan penyesalan. Banyak suara geram menuntut pelaku dihukum seberat-beratnya, hukuman mati atau kebiri! Tapi nyatanya, pelaku hanya dituntut 10 tahun penjara atas Pasal perlindungan anak. Saya heran, sudah sebiadab itu kok tidak dikaitkan dengan pasal pemerkosaan, pasal penghilangan nyawa, mabuk, pasal berlapis, pasal ora karuan pokok’e.
kmunalstensil.tumblr.com
Tentu kasus pemerkosaan keji yang berakhir penghilangan nyawa bukan berita baru. Telah banyak pemberitaan kasus pemerkosaan dengan korban anak-anak dan pelakunya orang dekat. Kejadian tersebut tidak jauh dari sekitar kita. Semasa saya SMP, Adik kelas saya kelas 2 SMP, seorang mayoret drum band, pada hari minggu menghilang. Seminggu kemudian mayatnya ditemukan oleh penambang pasir di tepi Sungai Brantas dalam keadaan tanpa busana. Hasil penyelidikan membuktikan adik kelas saya diperkosa dan dibunuh lalu dibuang ke Sungai Brantas. Pelakunya 7 orang, satu di antaranya pacarnya sendiri. Nah kan, predator kelamin nyata juga kadang orang dekat sendiri. Sing ngati-ngati karo pacarmu, lo dik.

Dalam artikel mojok.co, Pemerkosaan: Mengutuk Pelakunya Membongkar Akarnya mbak Fransisca telah membongkar akar pemerkosaan sekaligus solusi pencegahannya. Lalu bagaimana yang sudah kejadian dan pencegahan dengan efek jera. Hukuman paling berat. Sudah saatnya pemerkosa dan pembunuh layak dijatuhi hukuman mati. Jangan pernah tanya pendapat mantan calon hakim agung Muhammad Daming Sanusi. Candaannya yang memecah ketegangan wawancara fit and propertest cukup jadi gambaran  tidak pekanya penegak hukum Negara ini atas derita korban perkosaan.

Bahkan pemerkosaan tanpa pembunuhan saja sebenarnya telah membunuh masa depan korban. Bagaimana mbak-mbak pekerja seks yang pernah saya dampingi di lokalisasi menceritakan masa lalunya. Sebagian besar pernah menjadi korban pemerkosaan, sebagian lagi korban kekerasan dalam rumah tangga. Apa yang terjadi terhadap mereka sehingga mau saja melayani 5 hingga 10 lelaki dalam sehari. Mereka mengalami transformasi pikiran dan sikap. Logika saya ndak nyandak melihat sebuah kamar dimasuki lelaki bergantian. Tak ada cinta tak ada kenikmatan. Bukan hanya dendam pada lelaki lantas mempermainkan syahwat mereka. Lebih dari itu, mulai acuh pada pranata sosial.

Mbak-mbak seket ewuan itu merasa tidak ada tempat aman bagi cara hidup yang baik. Ngana bisa bayangkan, karena nilai ekonomi anak perempuan, seorang bapak tega menjual keperawanan anaknya yang berumur 11 tahun kepada turis Jepang. Itu kisah mbak Bunga (bukan nama sebenarnya) yang menjadi primadona di lokalisasi Kebobang, Kabupaten Malang. Mbak Bunga kemudian mengerti arti dirinya, nilai dirinya, dan meski jijik pada mulanya, tapi kemudian dia menikmati hasil pekerjaannya.

Namun banyak juga yang berhasil move on dari prahara memilukan seperti Shandra Woworuntu dengan keberanian berbicara dan bertindak untuk melindungi sesamanya. Pengalaman menjadi budak seks di Amerika dia ungkapkan tanpa takut dihakimi. Justru ia menjadi malaikat bagi teman-teman senasibnya.

Saya yakin bahwa mbak-mbak pekerja seks itu semua punya kesadaran dan keberanian seperti Shandra Woworuntu. Hanya tekad kuat dan kesempatannya belum ada. Saat mendampingi mereka, tentu saya sangat ingin membantu mereka keluar dari lingkungan pekerjaannya. Tapi ketika saya tantang betulan, jawab mereka kebanyakan “wis mbak, ngene ae kari nggeblak oleh duit” Iya kan, transformasi perubahan pikiran dan sikap. Masa depan yang baik, penghidupan yang baik, pandangan hidup yang baik, telah dibunuh sejak dalam pikiran.

Shandra Woworuntu dengan perjuangan keras lari dari mucikarinya, yang hingga hingga kini pun masih berjuang mengobati trauma. Terlalu besar pertaruhan perempuan korban perkosaan yang mau melawan dan berani hidup normal. Firdaus dalam Perempuan di Titik Nol berani melawan, membunuh mucikari. Tapi, hukuman mati justru menantinya.

Kita tinggal berharap segera disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. RUU yang mengatur secara detil mengenai kekerasan seksual hingga jenis hukuman yang pantas dijatuhkan. Dan yang tak kalah penting, mulai dari diri sendiri menciptakan kondisi yang galak terhadap kemungkinan kekerasan seksual.


Karena perempuan tak pernah salah. Maka perempuan harus galak dan judes, untuk melindungi diri sendiri dan sesamanya. #NyalaUntukYuyun, #SayaBersamaYuyun, #SaveOurSisters, jangan hanya jadi hestek keren biar dianggap peduli dan ngikut trending topic. Gerakkan, lantangkan, dan galakkan diri secara nyata, dimulai dari keberanian diri. Hadapi kejahatan lelaki dengan cara lelaki.

No comments:

Post a Comment