Friday, August 27, 2010

Mushola Berseberang Negara


Pulau Batam yang berseberangan langsung dengan Singapura merupakan pulau dengan kota penuh warna. Namun ironisnya, tidak terlihat satu budaya adat tertentu yang mewarnainya. Yang ada justru karut marut dunia kerja yang mewarnai kehidupan. Sejauh mata memandang, hanya bangunan ruko dan pabrik-pabrik mendominasi. Itulah yang kemudian menjadi ciri khas wajah Batam.



Nagoya yang menjadi jantung Ibukota Batam, ramai hiruk pikuk kota karena terdapat sebuah pelabuhan kapal Ferry. Pelabuhan inilah yang menjadi anjungan menuju Singapura. Harbour Bay, nama pelabuhan yang sejak proses pembangunannya ditentang masyarakat sekitar. Tentu saja, karena masyarakat nelayan yang tinggal di rumah apung merasa sangat dirugikan. Kapal motor yang berlalu lalang itu membuat ikan-ikan lari menjauh, tidak lagi menepi di sekitar teluk. Konon, hingga sekarang pun keberadaan Harbour Bay masih dalam sengketa. Tapi, rakyat kecil hanya bisa resah saja melihat ladang rezekinya dirampas begitu saja. Dengan tetap merasai hidup di atas rumah apungnya. Sembari melihat bule-bule sipit itu berlalu lalang sesuka maunya mencari hiburan murah di tanah Indonesia.



Harga tanah di Batam itu sepertinya amat mahal. Saya lupa menanyakan kepada penduduk setempat tentang harga tanah permeter perseginya. Yang saya simpulkan biasanya tanah di daerah pengembangan industri relative mahal. Maka penduduk asli Batam yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan, memilih tinggal di rumah apung. Rumah yang didirikan dengan penyangga kayu di tepi-tepi laut. Di antara rumah apung itulah berdiri sebuah mushola apung. Letaknya bersebelahan dengan Harbour Bay, tepat di dekat tembok pembatas. Tak jauh dari tembok pembatas itu, di kawasan Harbour Bay, berdiri megah sebuah bar. Dari tepi bar maupun dari teras mushola sama saja, kita bisa melihat ujung Singapura di sore hari.

Kiranya inilah mushola yang berseberangan langsung dengan negara tetangga. Berdiri ragu di tepi laut. Menantikan siapa saja yang menunaikan ibadah kepada sang Allah t'ala. Berdirilah kokoh untuk selamanya, hingga tanah waqaf sedia untuk tempat berpindahnya. ASalkan jangan hilang begitu saja.

No comments:

Post a Comment